Usahaku

Sabtu.
Hari terasa berjalan lamban.
Teringat pengamen jalanan semalam
Dengan gitar dan suara ala kadarnya.

Kusandarkan tubuh dan pikiranku.
Di kursi bus tua yang membawaku.
Melintasi kota Jakarta yang gaduh,
mengaduh atas segala kesah,
seakan sudah jenuh.
Tapi tubuhku sudah tahu
dan darahku tetap mengalir
menemani lagu rasa yang tersayang.

Kukatakan pada diriku:
John lo sedang berjuang
demi masa depanmu.

Jadi kulewati satu jam bersama mimpi.
Waktu berlalu dengan hebatnya.
Kuhadirkan kepastian masa depan.
Dengan semangat dan senyuman.

Perjalanan waktu berlalu,
Seiring dengan habisnya lagu.
Tersentak dari tidur lelapku.
Kuharus melangkahkan kakiku,
kalau tidak mau kebablasan.

Nampak dari kejauhan angkot yang menunggu.
Yang mengharapkan setiap penumpang tuk berlabuh.
Menuju rumah tujuan terakhir.

Kulangkahkan kaki masuk ke perjalanan.
Lalu menunggu teman-teman tuk datang.
Ingin rasanya langsung berjalan,
namun teman tak kunjung datang.

Di saat mulai resah,
Tiba rombongan penumpang.
Ibu-ibu, anak muda, kaum urban.
Yang masih tampak sisa kekuatan di raut wajahnya.

Mesin mulai dinyalakan,
Tarik bang!

Begitu roda melaju,
Seluruh badan serasa bergairah,
Ada kepastian yang menawarkan kemajuan.

Kucoba menenangkan kembali,
mata, pikiran, tenaga.
Seakan bermeditasi dalam gelap.

Tersentak lalu terbangun,
efek pengemudi yang begajulan.
Demi mengejar setoran,
Berhenti serampangan,
Mengundang klakson seseorang.

Kucoba kembali terlelap, dengan tetap waspada.
Kubawa santai saja, seperti waktu yang sudah-sudah.

Tiba-tiba sampai di tujuan akhir.
Nampak dari suasana yang tak asing.
Sambil bersiap mengeluarkan ongkos,
Tanda kembali balas budi.

600 meter lagi.
Kamu pasti bisa.
Ini ikhtiarku.
Untuk diriku, orang tuaku dan keluargaku kelak.

Bekasi,
15 Oktober 2016

View on Path

Leave a comment